Minggu, 25 Oktober 2009
Alhamdulillah Allah Sembuhkan Sroke Saya Dengan Ilmu SH
Ini fakta. Bukan cuma life story. Sembilan hari jatuh stroke, nyaris tak bisa beraktivitas apa pun, bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Jelas, pengalaman nyata ini seribu satu. Dan salah satu warga yang menerima barokah itu adalah Hadi Sumoerjo. Tokoh SH Terate yang kini masih aktif memegang posisi sebagai Bendahara SH Terate DKP Madiun.
“Kalau Allah tidak menolong saya, barangkali sampai saat ini saya hanya bisa duduk di kursi roda,” ujar Hadi Soemarjo, mengawali penggalan kisah hidupnya. Betapa tidak, sembilan hari jatuh sakit dan dinyatakan stroke, warga SH Terate pengesahan tahun 1982 itu, kembali segar bugar.
Peristiwa menggetarkan itu, terjadi tahun 2004. Barangkali lantaran kecapean, hari itu, mendadak ia jatuh sakit. Semua persendian di raganya ngilu dan tak bisa digerakkan. Dokter menyatakan, Mas Marjo, demikian panggilan akrabnya, stroke. Keluarga pun was-was. Mas Marjo apalagi. Bahkan, sembilan hari stroke bagai ular raksasa melilit semua persendiannya. Lumpuh dia.
“Awalnya saya hampir putus asa,” lanjut Mas Marjo. Wajar, jika dia nglokro. Acuan empiris, perbandingan kesembuhan pasien stroke boleh dibilang satu banding seribu. Apalagi jika melihat factor usia yang sudah melewati kepala enam. Tepi, ternyata, yang satu itu adalah Mas Marjo.
Sebab, setelah menjalani perawatan intensif, Allah memberi pertolongan. Purna PNS DPU Pengairan yang kini tinggal di Jl. Setia Budi Timur Kota Madiun, bisa bangkit lagi. Mampu beraktivitas lagi. Bahkan, sembuh total seperti sedia kala.
Yakin Pertolongan Allah
Pertanyaan yang serta merta bergaung, apa resep Mas Marjo sembuh dari stroke? Setelah diam beberapa saat, ayah berputra lima itu, berucap,”Saya yakin Allah akan memberikan obat. Allah akan menolong saya,” ujarnya.
Keyakinan itu, muncul setelah Mas Marjo berinstropeksi dan menghitung-hitung dharma yang selama ini sudah dikerjakan. Bukan untuk riya. Tapi ini demi terapy. Sambil menatap langit-langit ruang perawatan, lanjut Mas Mar, satu demi satu dia munculkan jejak perjalanan hidup, sejak masa kanak-kanak, remaja hingga jatuh sakit itu.
Catatan perjalanan hidupnya pun terpampang di depan mata. Serta mereta, onggokan dosa dan kesalahan, serta guratan dharma sepanjang dia hidup, timbul tenggelam dalam benak. Dan, jika yang muncul dalam ingatan adalah dosa dan kesalahan, Mas Marjo pun segera memejamkan mata sambari memohon ampunan.Sebaliknya, jika yang keluar dari ingatan adalah dharma, ia bermunajat, berharap, agar dharma itu menjadi benih dan Allah memberi buah berupa kesembuhan dari sakit yang diderita.
Ternyata, semakin lama berintrospeksi, sedikit demi sedikit keyakinan muncul dari dalam jiwa. Dan keyakinan itu terus dibangkitkan. Hingga, lama kelamaan jadi ainun yakin dan haqul yakin. “Saya tidak tahu, dari mana datangnya keyakinan itu. Tapi, waktu itu saya merasa yakin sekali, Allah akan memberi obat. Allah akan memberikan pertolongan. Satu lagi, saya bisa sembuh karena banyak sedulur yang mendoakan saya, ” katanya.
Benar, setelah sembilan hari menjalani perawatan. Persendiannya sedikit-demi sedikit mulai bisa digerakkan. Ringkas cerita, sembuh dia.”nJenengan lihat sendiri, alhamdulillah saya segar bugar sampai sekarang ini,” tambah kakek dengan lima orang cucu itu.
Rajin Jalan Pagi dan Bersepeda
Resep lainnya, setelah sembuh, Mas Marjo rajin jalan pagi. Minimal satu jam setiap hari. Kemudian dilanjutkan dengan bersepeda santai. Kegiatan itu dilakukan, dari jam tujuh pagi hingga jam sepuluh. Karenanya, jangan heran, jika warga di Kota Madiun saban bagi melihat dia lagi jalan-jalan. Jarak yang ditempuh, tak ditarget. Tapi kadang Terate sendiri sempat berpapasan Mas Marjo lagi jalan, pada jarak 3 hingga 4 kilo meter dari kediamannya.
Hasil penelusuran Terate, Mas Marjo dikenal sebagai seorang bersahaja. Tidak neko-neko. Sederhana tapi kharismatik. Disiplin tapi tidak kaku. Suka shalat berjamaah di mushola dan gampang berbaur dengan masyarakat di lingkungannya.
Dia juga dikenal jujur. Wajarlah, jika sampai sekarang Mas Marjo masih tetap dipercaya menjabat sebagai bendahara SH Terate DKP Madiun. “Sebenarnya saya sudah matur ke Mas Arief (ketua SH Terate DKP Madiun, red), agar jabatan itu diserahkan ke warga yang lebih muda. Atau ke warga yang lain. Tapi ternyata sampai sekarang saya masih disuruh memegang jabatan itu,” katanya merendah.
Padahal, jabatan itu sudah dipegang sejak tahun 1982. Sejak dia disyahkan menjadi warga. Di SH Terate Pusat Madiun, Mas Marjo juga sering dipercaya jadi panitia kegiatan skala nasional. Dari panitia inti hingga, seksi sibuk. Satu yang bisa dicatat, semua dilakukan dengan ikhlas. Tanpa beban.
“SH Terate itu bukan lahan bisnis. Tapi lahan pengabdian,” tegasnya. Dan itulah yang mendasari Mas Marjo, hingga kini tetap setia mengabdi di SH Terate. Satu yang diyakini, keikhlasan mengabdikan diri di SH Terate, ibarat menanam benih di lahan kehidupan. Mas Marjo yakin, allah pasti akan menumbuhkan pohon berbuah lebat dari benih yang ditanam. (andi casiyem sudin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar