Kamis, 17 September 2009

Rekernas SH Terate, Kembali ke Jatidiri



SH Terate bakal punya gawe besar. Ujudnya, rapat kerja nasional (Rakernas). Ketua Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono,SE menginformasikan, jadwal Rakernas diperkirakan tanggal 16 – 17 Oktober 2009. Lokasinya di Padepokan SH Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun.

Persiapan hajat tingkat nasional SH Terate itu sudah dipersiapkan sejak September awal. Bahkan, selama Ramadhan kemarin, panitia penyelenggara beberapa kali menggelar rapat di Padepokan. Ketua Panitia Rakernas didelegasikan kepada Drs.. Moerdjoko,HW.
Mas Madji, demikian panggilan akrab ketua SH Terate Pusat Madiun, mengatakan, thema sentral yang bakal diusung dalam Rakernas SH Terate tahun ini adalah “Kembali ke Jatidiri.”

Tema ini dikedepankan dengan target mempertajam pemahaman rasa handarbeni terhadap organisasi tercinta. Sebab, Mas Madji menengarai, sedikit banyak sudah terjadi pergeseran nilai ajaran dari pokok ajaran murni SH Terate. Kenapa ini terjadi, akses global dan dimensi keduniawian menjadi penyebab utama.

Ambil contoh konkret, bias politik yang mewarnai langkah sejumlah warga SH Terate yang kebetulan ikut berasaing dalam pemilihan kepala daerah (Bilbup atau Pilwalkot). Juga sejumlah kadang Sh Terate yang ikut bersaing menggalah kursi legislative. “Tanpa sadar, mereka membawa bendera SH Terate ke kancah politik. Saya tidak mengatakan, orang SH Terate itu tidak boleh berpolitik. Silakan warga SH Terate terjun kedunia politik sesuai dengan hati nuraninya. Sesuai dengan pilihannya. Tapi, tolong jangan membawa organisasi ke kancah politik. Oknum warganya boleh berpolitik, tapi SH Terate harus tetap netral. Tidak ngeblok sana tidak ngeblok sini,” katanya.

Kembali ke jatidiri ajaran Setia Hati yang dijadikan tema Rakernas, lanjut Mas Madji, adalah kembali ke tujuan utama SH Terate. Yakni, mencetak manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Persaudaraan dalam konteks ajaran SH Terate adalah persaudaraan utuh yang tidak memandang siapa aku siapa kamu, persaudaraan yang terlepas dari hegomoni kedamaian (drajat, pangkat, martabat), berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, persaudaraan yang diletarbelakangi saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggungjawab.

Kontek kembali ke jati diri ajaran SH Terate ini, jug sesuai dengan amanat mukadimah SH Terate, yakni akan mengajak serta para warhanya menyingkap tirai selubung di mana Sang Mutiara Hidup bertahta.

Dari hasil rapat panitia, Rakernas yang akan digelar selama dua hari ini, hanya kan mengundang Ketua Cabang SH Terate seluruh Indonesia. Dan, tidak boleh diwakili. Acuannya, ketua cabang adalah kepanjangan tangan pusat. Mereka pula nanti yang berkewajiban mensosialisasikan hasil dari Rakernas SH Terate.

Mas Madji, meminta kepada seluruh cabang SH Terate di Indonesia mempersiapkan diri. Minimal, ikut memberi masukan, apa yang bisa disampaikan dalam Rakernas. Muaranya, demi peningkatan kualitas dan jati diri SH Terate.

Sebagaimana bidang garapan SH Terate, rakernas juga akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pengembangan organisasi dan idealisme. Pengurus pusat kini tengah menggodok bahan referensi yang bakal dilempar dalam Rakernas. Karena sifatnya baru bahan, tentunya butuh penggodokan dan penyempurnaan. Tugas Ketua Cabang SH Terate nanti adalah menyempurnakan bahan yang sudah dipersiapkan pengurus pusat.(andi casiyem sudin)

Minggu, 13 September 2009

Sekilas Tentang SH Terate (1)



A. Periode Perintisan


Dalam kilas perjalanan sejarah, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) merupakan sebuah organisasi ‘’Persaudaraan’’ yang bertujuan membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Madiun (sekarang Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun). Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah siswa kinasih dari Ki Ageng Soerodiwirjo (pendiri aliran pencak silat Setia Hati atai dikenal sebagai aliran SH). Ia juga tercatat sebagai pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia.

Di awal perintisannya, perguruan pencak silat yang didirikan Ki Hadjar ini diberi nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Semula, SH PSC lebih memerankan diri sebagai basis pelatihan dan pendadaran pemuda Madiun dalam menentang penjajahan. Untuk mensiasati kolonialisme perguruan ini beberapa kali sempat berganti nama, yakni, dari SH PSC menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. Perubahan makna akronim ‘’P’’ dari ‘’ Pencak’’ menjadi ‘’Pemuda’’ sengaja dilakukan agar pemerintah Hindia Belanda tidak menaruh curiga dan tidak membatasi kegiatan SH PSC. Pada tahun 1922 SH PSC berganti nama lagi menjadi Seti Hati Terate. Kabarnya, nama ini merupakan inisiatif Soeratno Soerengpati, siswa Ki Hadjar —- yang juga tokoh perintis kemerdekaan berbasis Serikat Islam (SI).

B. Periode Pembaruan

Sementara itu, Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan Soekarno – Hatta pada tanggal 7 Agustus 1945 membawa dampak perubahan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Kebebasan bertindak dan menyuarakan hak serta menjalankan kewajiban sebagai warga negara terbuka lebar dan dihargai sebagaimana mestinya. Atas restu dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pada tahun 1948, Soetomo Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hajar, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati Terate yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati Terate”.

Mengapa langkah pembaharuan itu ditempuh? Alasannya, pertama agar organisasi tercinta kelak mampu mensejajarkan kiprahnya dengan perubahan zaman dan pergeseran nilai-nilai komunitas yang melingkupinya. Dengan mengubah organisasi dari yang bersifat “paguron” menjadi organisasi yang bertumpu pada “sistem persaudaraan”, berarti gaung pembaharuan telah dipekikkan dan proses perubahan telah di gelar. Yakni perubahan daya gerak organisasi dari sistem tradisional ke sistem organisasi modern. Dan organisasi modern inilah yang kelak diharapkan mampu menjawab tantangan kehidupan yang semakin kompleks.

Alasan kedua; agar organisasi yang dibidaninya itu nantinya tidak dikuasai dan bergantung pada orang-perorang sehingga kelangsungan hidup organisasi dan kelestariannya lebih terjamin.

Menyelaraskan perubahan era, dari era penjajahan ke era kemerdekaan, dalam kongres pertama SH Terate yang digelar tahun 1948, tiga butir pembaharuan dilontarkan.

1. Merubah sistem Organisasi dan Perguruan Pencak Silat (paguron) menjadi
“Organisasi Persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)”

2. Menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang pertama.

3. Mengangkat Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua.

Makna kata persaudaraan dalam paradigma baru PSHT ini adalah persaudaraan yang utuh. Yakni suatu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada rasa saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak membedakan siapa aku dan siapa kamu. Persaudaraan yang tidak terkungkung hegomoni keduniawian (drajat, pangkat dan martabat) dan terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Soetomo Mengkoedjojo menyelesaikan masa bhaktinya sebagai Ketua PSHT pada tahun 1974. Pada periode ini perkembangan PSHT mulai melebar keluar wilayah Madiun. Tercacat, (5) cabang diluar Madiun berhasil didirikan. Antara lain di Surabaya, Jogjakarta, dan Solo.

C. Periode Pengembangan

Gaung pembaharuan yang telah dipekikkan lewat konferensi (semacam musyawarah : MUBES) SH Terate di Pilangbango, Madiun itu dengan arif diakui sebagai era baru perjalanan roda organisasi. Era perubahan gerak organisasi dari tradisional ke organisasi modern. Konsekuensi dari perubahan tersebut, salah satu diantaranya adalah dengan mengentalkan komitmen pengembangan organisasi agar semakin maju, berkembang dan berkualitas.

Kiprah Persaudaraan Setia Hati Terate dalam memvisualisasikan dirinya pada komitmen itu bisa dilihat melalui salah satu upaya saat berusaha mengembangkan sayapnya, merambah ke luar daerah. Dan masyarakat yang menjadi fokus pengembangannya pun cukup heterogen, mulai dari masyarakat papan atas sampai masyarakat di papan paling bawah. Tak heran, jika Persaudaraan Setia Hati Terate lantas mendapat sambutan cukup hangat dari segenap lapisan masyarakat.

Kesepakatan menjadikan daya gerak organisasi bertumpu pada “sistem persaudaraan itu selanjutnya dijadikan dasar pengembangan sayap organisasi. Dan kian dipertegas lagi dalam MUBES Persaudaraan Setia Hati Terate, tahun 1974 di Madiun. Hasil Mubes ini antara lain mengangkat RM. Imam Koedoepangat sebagai ketua dan Soetomo Mangkoedjojo sebagai dewan pusat. Musyawarah juga sepakat menjadikan kedaulatan tertinggi organisasi di tangan anggota dan selanjutnya dapat disuarakan lewat wakilnya dalam setiap Mubes.

Kedua tokoh ini kembali dikukuhkan sebagai pimpinan organisasi pada Mubes tahun 1977.

Selepas Soetomo melepas jabatan ketua, tampuk pimpinan organisasi diamanatkan kepada RM Imam Koesoepangat, hingga tahun 1977. Periode berikutnya (1977-1981) Badini terpilih menjadi Ketua Dewan Cabang, sementara Tarmadji Boedi Harsono, memegang jabatan Ketua I.

Persaudaraan SH Terate mulai memasuki masa keemasan pasca MUBES IV di Madiun tahun 1981. Hasil Mubes antara lain, mengukuhkan H. Tarmadji Boedi Harsono,SE sebagai Ketua Umum dan RM.Imam Koesoepangat sebagai Ketua Dewan Pusat.

Pada era ini, pola pengembangan PSHT dipilah menjadi dua jalur. Yakni, jalur idealisme dan jalur professional. Sesuai dengan kapasitas SDM, RM. Imam Koesoepangat diamanati sebagai penanggung jawab pengembangan di bidang idealisme. Bidang idealisme ini menyangkut penajaman ajaran kerokhanian dan peningkatan kualitas budi pekerti luhur pada warga.

Sementara bidang pengembangan sayap organisasi dan keorganisasian, diserahkan pada H.Tarmadji Boedi Harsono,SE. Sepanjang, SH Terate dipimpin kedua tokoh pada dua jalur ini, perkembangan organisasi tampak semakin mantap Terbukti perkembangan SH Terate tidak lagi hanya berkutat di Pulau Jawa, tapi merambah ke luar P. Jawa. Pada decade ini cabang SH Terate yang semula hanya 5 cabang berkembang menjadi 46 cabang.

Sepeninggal RM Imam Koesoepangat, tepatnya tanggal 16 November 1987, praktis beban dan tanggung jawab tongkat kepemimpinan PSHT beralih ke pundak Tarmadji. Ibaratnya dua tanggung jawab yang semula ditanggung berdua, mulai saat itu harus diemban sendiri. Meski begitu, ternyata Tarmadji mampu. Terbukti berkat solidnya sistem koordinasi antarjajaran penurus dan kadang tercinta, PSHT berhasil melesat ke kancah paradigma baru.

Selain memprioritaskan pengembangan sektor ideal, dia menggebrak lewat program pembangunan sarana dan prasarana fisik organisasi. Ditengah kesibukan memimpin banyak lembaga sosial kemasyarakatan —sebab, selain sebagai Ketua Umum PSHT H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, juga tercatat sebagai ketua Hiswana Migas, Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kota Madiun, Direktur Kelompok Bimbingan Ibadah haji Al-Mabrur, dan masih banyak lagi organisasi yang dipimpin, Meski begitu, terbukti Tarmadji mampu memperkokoh eksistensi PSHT, tidak saja di bidang pengembangan sarana dan prasarana phisik organisasi, tapi juga pengembangan cabang.

Melengkapi keberadaan PSHT, didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil menelorkan kinarnya monumental berupa lembaga pendidikan formal berupa Sekolah Menengah Industri Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui, SMIP Kusuma Terate telah berhasil mencetak siswa-siswinya menjadi tenaga terampil dibidang akomodasi perhotelan.

Sementara untuk mendukung kesejahteraan anggotanya Yayasan Setia Hati Terate juga mendirikan lembaga perekonomian berupa Koperasi Terate Manunggal. Disamping telah memiliki aset monumental berupa Padepokan PSHT yang berdiri di atas tanah seluas 12.290 M2, di Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun, organisasi ini juga terdukung sejumlah asset lain yang diharapkan mampu menyelaraskan diri dengan era globalisasi.

Data terakhir menyebutkan, Persaudaraan Setia Hati Terate kini telah memiliki 187 cabang yang tersebar di Indonesia serta 67 komisariat Perguruan Tinggi dan 5 (lima) Komisariat Luar Negeri. Total jumlah anggota mencapai 1,5 juta lebih. Itu berarti selama dipegang Tarmadji, perkembangan cabang PSHT bertambah dari yang semula 46 cabang menjadi 200 cabang, atau bertambah sebanyak 154 cabang. Dari jumlah itu cabang yang telah resmi mengantongi SK PSHT Pusat Madiun, sebanyak 184 cabang. Sisanya masih dalam proses pengukuhan.

Tulisan ini saya buat dari hasil wawancara saya,Andi Casiyem Sudin dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun H.Tarmadji Boedi Harsono,SE.

Sekilas Tentang SH Terate (2)


D. Go International

Ketika Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi, kepak sayap perkembangan PSHT melesat pesat tidak hanya di dalam negeri, tapi merambah ke luar negeri. Dengan kiat PSHT Must Go International, Tarmadji berhasil melambungkan nama PSHT di kancah percaturan kultur dan peradaban dunia.

Tercatat ada 5 komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan. Masing-masing, Komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Komisariat Holland/Belanda, Komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong dan Komisariat Moskow.

Dengan demikian tekad mengemban misi sekaligus juga amanat organisasi sebagimana yang termaktub dalam mukaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate. Yakni : ……akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “Sang Mutiara Hidup” bertahta (Baca : Mukkaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate)—kini sudah merambah kehidupan global.

Misi tersebut merupakan tindak lanjut dari kesadaran mutlak Persaudaraan Setia hati Terate atas “hakikat hidup yang berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan” dan konsekuensi keberadaan manusia “sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa” yang senantiasa “hendak menuju keabadian kembali kepada causa prima, titik tolak segala sesuatu melalui tingkat ke tingkat.”

Kesadaran atas makna hakikat hidup dan proses pencariannya itulah, parktis menjadi kewajiban bagi setiap warga Persaudaraan Setia Hati Terate untuk menekuninya. Ini mengingat bahwa “tidak semua insan menyadari bahwa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati sanubarinya.”

Dengan demikian, “Pencak Silat,” dalam konteks ini, “hanya merupakan salah satu ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate dalam tingkat pertama, sekedar memenuhi unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, dan kebahagiaan serta kebenaran terhadap setiap penyerang.”

Sebab pada hakikatnya Persaudaraan Setia Hati Terate sadar dan yakin bahwa “sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, makhluk atau kekuatan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu pencak silat hanya salah satu syarat untuk “mempertebal kepercayaan pada diri sendiri dan mengenal diri pribadi sebaik-baiknya”.

Berupaya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “sang mutiara hidup” bertahta untuk menuju keabadian kembali kepada causa prima itulah sebenarnya inti dari Persaudaraan Setia Hati Terate.

Ajaran PSHT

Terdapat lima dasar ajaran yang diluncurkan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Kelima dasar ajaran itu terangkum dalam konsep pembelajaran yang dinamakan “Panca Dasar” yaitu Persaudaraan, Olah Raga, Seni, Bela Diri, dan Kerokhanian.

Lewat konsep pembelajaran yang terangkum dalam Panca Dasar tersebut PSHT berupaya membimbing warganya untuk memiliki lima watak dasar yaitu :

1. Berbudi luhur tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemberani dan tidak takut mati.
3. Berhadapan dengan masalah kecil dan remeh mengalah, baru bertindak jika
menghadapi masalah prinsip yang menyangkut harkat dan martabat kemanusiaan.
4. Sederhana.
5. Mamayu Hayuning Bawana (berusaha menjaga kelestarian, kedamaian, dan
ketentraman hati).

Melengkapi eksistensi sebagai organisasi cinta perdamaian, PSHT memformat warganya lewat beberapa butir filsafat perjuangan hidup, antara lain

1. Sepira gedhining sengsara yen tinampa among dadi
coba
(seberat apapun cobaan
yang diterima manusia jika dijalani dengan lapang dada akan diperoleh hikmah yang
tidak terkira.)

2. Sak apik-apike wong yen aweh pitulungan kanthi
dhedhemitan
(Sebaik-baiknya
manusia jika memberikan pertolongan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tidak perlu
diketahui orang lain).

3. Aja waton ngomong ning ngomong kang ngango waton (jangan suka berbuat jelek
pada sesama berbuatlah kebajikan pada sesama).

4. Aja seneng gawe ala ing liyan, apa alane gawe senenge liyan (jangan suka
mencelakakan orang lain, tidak ada jeleknya membuat senang orang lain).

5. Aja sok rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa (jangan merasa diri paling
super, tapi sadar diri dan sadar akan keberadaan orang lain).

6. Ngundhuh wohing pakarti, sapa nandur bakal ngundhuh (segala darma pasti akan
berubah, apapun perbuatan yang kita lakukan pasti akan kembali pada diri kita
sendiri).(andi casiyem sudin)

Ketua Umum SH Terate, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE dalam telaah yang disajikan dengan bahasa lebih sederhana, menterjemahkan ajaran tersebut dengan lima kiat sukses meraih hidup bahagia. Yaitu, jujur, rajin, mau belajar, tidak pernah menuntut dan tak kenal menyerah. (Penjabaran kelima ajaran ini sudah dibukukan dalam sebuah buku berjudul “Menggapai Jiwa Terate”. Buku ini disunting oleh Andi Casiyem Sudin, dan diterbitkan perdana dengan teras 5000 buah dan habis dalam waktu relative singkat.

Tulisan ini disusun dari hasil wawancara Andi Casiyem Sudin dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE.

Gerak Langkah Pendekar Pilangbangau


(Catatan Ringkas Perjalanan Hidup
Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Pendiri SH Terate)


Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan, selama manusia itu setia pada hatinya, atau ber-SH pada dirinya sendiri.

Falsafah Setia Hati (SH) Terate itu ternyata sampai sekarang tetap bergaung dan berhasil melambungkan SH Terate sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada "persaudaraan" yang kekal dan abadi.

Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.

Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini – red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.

Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda – karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.

Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan "Harta Jaya" semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.

Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama "Djojo Gendilo Cipto Mulyo".
Masuk Sarikat Islam.

Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata "Pencak" hingga tinggal "SH Sport Club". Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.

Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.

Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi "SH Terate". Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.

Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus "Perguruan Pencak Silat" dirubah menjadi organisasi "Persaudaraan Setia Hati Terate". Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.

Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai "Pahlawan Perintis Kemerdekaan" atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.


Tulisan ini saya, Andi Casiyem Sudin alias Andi Cs Kisbandiyo, buat dari hasil wawancara khusus saya dengan Bapak Harsono (sekarang alm), putra Ki Hadjar Hardjo Oetomo)

Sabtu, 12 September 2009

Dasar-Dasar Ajaran SH Terate (1)

Pada bab-bab terdahulu telah dipaparkan bahwa tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) adalah membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mewujudkan tujuan itu PSHT berusaha meletakkan dasar-dasar ajaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga mudah diterima para warga/anggotanya. Dasar-dasar ajaran PSHT itu pada pokoknya terdiri dari lima aspek.

Kelima aspek ajaran yang terkandung dalam ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate itu adalah:
1. Persaudaraan
2. Olah Raga
3. Beladiri
4. Seni Budaya
5. Kerokhanian

Namun perlu digaris bawahi bahwa, meskipun yang tersurat dari kandungan pokok-pokok ajarab Persaudaraan Setia Hati Terate itu terbagi menjadi lima aspek, dalam prakteknya keseluruhan dari kelima aspek itu harus mencakup dalam kesatuan. Sebab kelima aspek ajaran itu pada prinsipnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan atau “gangsal kang nyawiji” (lima yang menyatu).

1. Persaudaraan
Aspek pertama yang terkandung dalam ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate adalah “persaudaraan”. Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa persaudaraan dalam pandangan Persaudaraan Setia Hati Terate adalah persaudaraan yang kekaldan abadi. Yakni persaudaraan yang utuh, yang tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, persaudaraan yang tidak membedakan latar belakang dan status poleksosbud, dengan penekanan bahwa jalinan persaudaraan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yangberlaku di tengah-tengah masyarakat.

Kemudian untuk memelihara persaudaraan yang kekal dan abadi, sangat dibutuhkan adanya penghayatan dan kesadaran yang tinggi. Di samping harus pula senantiasa ingat bahwa manusia adalah maklhuk ciptaan Tuhan yang sarat dengan kelemahan dan kekurangan (titah sak wantah). Sehingga dengan demikian, kita diharapkan dapat saling melindungi, menyayangi, saling mau mengerti, menghormati dan dituntut untuk, sedapat mungkin, saling bertanggungjawab. Dan selain dari hal tersebut, kita dituntut pula untuk senantiasa berhati-hati terhadap hal-hal yang dapat merusak tatanan nilai persaudaraan. Yakni, bila diantara kita terdapat rasa mau menang sendiri, rasa curiga, dan merasa dirinya paling hebat dan paling super.

Sadar akan keberadaan diri kita sebagai makhluk sosial, setelah kita berhasil menggalang satu jalinan persaudaraan, setelah kita tahu terhadap kemungkinan datangnya hal-hal yang dapat merusak persaudaraan, dan agar persaudaraan itu dapat bertahan, dibutuhkan suatu media pengikat. Media pengikat jalinan persaudaraan itu, dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, adalah olah raga.

2. Olah Raga

Kenapa Persaudaraan Setia Hati Terate memilihmedia pengikat jalinan persaudaraan di antara para anggotanya dengan olah raga?

Pertama, bahwa ditinjau dari proses kelairannya, Persaudaraan Setia Hati Terate didirikan oleh seorang pendekar yang memiliki jiwa sosial yang sangat kuat. Seorang pendekar yang sadar akan kodrat dirinya sebagai makhluk sosial. Seorang pendekar yang menaruh perhatian besar (concern) terhadap masalah-masalah di sekitarnya. Disini olah raga dipergunakan sebagai alat untuk menghimpun orang-orang, terutama genersi muda utnuk diorganisir sedemikian rupa.

Kedua, bahwa selain memiliki jiwa sosial yang tinggi, pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate itu, Ki Hadjar Hardjo Oetomo, memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) yang sangat menonjol. Oleh karenanya orang-orang yang telah berhasil dihimpun dan diorganisir tersebut, kemudian diarahkan pada satu tujuan tertentu. Lalu ia berusaha memimpin mereka utnuk bersama-sama mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Ketiga, mengapa Persaudaraan Setia Hati Terate memilih olahraga? Bahwa seperti apa yang kita sadari bersama, olah raga adalah merupakan satu betuk kegiatan yang dapat diterima oleh banyak orang. Kecuali kegiatannya tidak banyak menyita waktu dan fikiran, olahraga adalah bentuk kegiatan yang sangat memberi manfaat bagi kesehatan badan(raga), yang pada gilirannya akan memberikan kekuatan batin/rokhani (jiwa). Pepatah mengatakan, “Mensana In Corpore Sano” (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat).

Hal yang demikian itu mengandung maksud bahwa untuk mencapai tujuannya, Persaudaraan Setia Hati Terate meletakkan dasar/landasan (pondasi) yang kokoh kepada warganya. Upaya itu diwujudkan dengan terlebih dahulu membentuk jasmaninya dan menyehatkan badannya, menyusul kemudian seperti apa yang dikatakan pepatah di atas, adalah jiwa dan kepribadian.

3. Beladiri

Olah raga yang diporsikan Persaudaraan Setia Hati Terate untuk memberi landasan yang kuat kepada para warga dan anggotanya, perlu dicari bentuk atau jenis olah raga tertentu yang dirasa sangat cocok dan cukup efektif bagi Persaudaraan Setia Hati Terate. Dalam hal ini Persaudaraan Setia Hati Terate memilih jenis olah raga beladiri pencak silat. Kenapa musti pencak silat?

Pertama, karena pencak silat selain mengandung unsur olah raga, juga mengandung unsur beladiri; yakni suatu bentuk pertahanan (benteng) yang berguna sekali utuk memertahankan diri dari serangan lawan/musuh baik lawan yangberujud nyata maupun lawan yang tidak nyata. Yakni, nafsu yang bertahta dalam jiwa setiap insan.

Kedua, bahwa pencak silat merupakan beladiri khas yang bersumber pada kepribadian dan jati diri aslin Bangsa Indonesia, dan merupakan warisan nenek moyang yang adiluhung. Terlepas dari jenis maupun bentuknya, yang jelas manfaat dari beladiri amat terasa sekali. Salah satu sifat dari seseorang yang menguasai ilmu beladiri diri adalah: gerak dan tindakan orang tersebut kelihatan mantap dan penuh percaya diri. Ia tidak akan merasa was-was atau ragu-ragu dalam menghadapi suatu permasalahan maupun di dalam melakukan suatu pekerjaan. Ia pun tidak akan merasa takut dalam mengambil sikap atau menentukan keputusan. Lebih jauh lagi, ia akan menguasai taktik dan teknik yang dikonotasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, disamping punya sifat jantan dan selalu mengemban amanah dan janji ksatria.

Hal lain yang dapat diandalkan dari seseorang yang menguasai ilmu beladiri adalah, tidak gampang putus asa. Ia akan senantiasa berjuang demi mempertahankan kewajiban dan haknya. Ia punya sifat berani dan tak takut mati (karena ia punya keyakinan, kematian hukumnya wajib bagi makhluk hidup). Jika iaharus menghadapi cobaan hidup, ia akan menerimanya dengan lapang dada karena semenjak ia berlatih, jiwanya mulai ditempa dan digembleng sedemikian rupa. Ia sadar, sebesar apa pun nilai dari sebuah kesengsaraan jika diterima dengan lapang dada, hikmalah yang akan diterimanya (sepira gedhening sangsara yen tinampa amung dadi coba). Sehingga pada saatnya nanti, ia akan menerapkan satu konsep hidup yang kokoh. Suatu konsep hidup yang dilandasi penempaan dan penggemblengan saat ia berlatih pencak silat. Dampaknya mengimbas pada, sekali lagi, kehidupan sehari-hari. Dengan sendirinya hal tersebut akan membuahkan suatu kesadaran tentang hakikat kehidupannya. Yaki pada dasarnya kehidupan ini merupakan suatu romantika. Atau dalam kata yang lebih tinggi lagi, merupakan proses perjalanan seni yang bernilai tinggi. Kebahagiaan dan penderiataan tidak memperngaruhi kepribadian dan keyakinannya akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Segenap perasaan yang muncul ia antisipasi dengan kiat dan seni jurus tersendiri, yang merupakan penerapan dari jurus-jurus yang ia pelajari. Oleh karenanya, ketika berhadapan degan suatu masalah, secara refleks ia dengan mudah akan dapat mengantisipasinya dengan tanpa merugikan sesamanya (wani nglurug tanpa bala, menang tanpa ngrasorake).

Tulisan ini saya, Andi Casiyem Sudin, turunkan dari hasil wawancara langsung dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE


Sumber : www.shteratecantrik.blogspot.com

Dasar-Dasar Ajaran SH Terate (2)


1. Seni Budaya

Hal lain yang memperkuat alasan mengapa Persaudaraan Setia Hati Terate memilih jenis beladiri pencak silat adalah, bahwa pencak silat merupakan budaya warisan leluhuryangadiluhung, yang didalamnya terkandung “falsafah”; kesederhanaan, kehalusan, kelemahlembutan sekaligus kekuatan. Atau dengan kata lain merupakan perwujudan dari kepribadian bangsa. Karena pencak silat merupakan warisan leluhur, kewajiban kita adalah mengembangkan dan melestarikannya. Sebaliknya, jika kita tidak dapat melestarikannya, berarti kita akan kehilangan ciri khas dan kepribadian bangsa kita sendiri. Hal ini sangat berbahaya.

Sebab, bangsa yang tidak memiliki kepribadian, adalah bangsa yang terjajah jiwanya. Bangsa yang terjajah jiwanya, berarti bangsa yang sedang berkemas-kemas menyongsong kehancurannya.

Sebagai contoh konkret, Jepang. Pada perang dunia kedua, Jepang hancur-lebur akibat bom atom Sekutu. Tetapi karena rakyatnya punya jiwa yang kokoh, serta punya dedikasi tinggi untuk mempertahankan kepribadiannya, dalam waktu relatif singkat Jepang bisa segera bangkit dari kehancurannya. Hasilnya dapat kita lihat sekarang ini; Jepang mampu mnyeruak ke permukaan menjadi sebuah negara industri maju, yang bahkan mampu menguasai dunia melalui hasil kerja kerasnya dalam bentuk teknologi dan industri yang canggih.

Hal senada juga pernah doibuktikan oleh bangsa kita sendiri. Pada waktu Belanda mau menjajah kembali Indonesia. Karena kemerdekaan telah merupakan cita-cita luhur bangsa dan telah diproklamasikan Soekarno-Hatta, atas nama Bangsa Indonesia, maka dengan semboyan “merdeka atau mati”, bangsa Indonesia berjuang gigih mempertahankannya.

Aspek lain yang terkandung dalam pencak silat dan erat hubungannya denga aspek budaya adalah aspek seni. Gerakan-gerakan pencak silat selain mengandung unsur beladiri, didalamnya juga merangkum unsur seni. Berbicara tentang seni berarti merambah dunia keindahan. Sedangkan untuk menghayati keindahan, dibutuhkan satu apresiasi yang cukup memadai disamping kepekaan rasa. Ini dikandung maksud bahwa pencak silat ingin membawa penghayatnya ke dalam kepekaan rasa. Karena rasa disini adalah rasa keindahan, pada gilirannya penghayat pencak silat itu pun akan terbawa ke dlam kepekaan rasa keindahan. Efeknya, jiwa orang itu menjadi indah. Kita katakan jiwa yang oindah itu adalah jiwa yang sehat.

Sebab meriangnya badan wadag (jasmani) ditandai dengan sakit maupun pusing. Tapi meriangnya jiwa (rokhani) ditandai dengan ketidakmapuan rokhani dalam menangkap isyarat-isyarat kebenaran Tuhan. Dan jika hal itu sampai terjadi, bisa dibayangkan betapa rendahnya derajat orang yang jiwanya meriang itu. sebaliknya, jika jiwa orang itu sehat, maka dengan sendirinya orang itu akan dapat menyelaraskan nafsu dan perasaannya sesuai dengan apresiasi keindahan seninya. Lambat laun orang itu akan memancarkan kharisma dan dicintai sesama.

Konotasianya adalah bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate ingin menekankan kepada para warganya bahwa sesungguhnya hidup dan kehidupan ini penuh dengan seni dan romantika. Ada susah ada bungah, ada pertemuan ada perpisahan, ada kenal ada bosan dan lain sebagainya.

2. Kerokhanian

Setelah kita meletakkan dasar yang kuat lewat olah raga, hingga mampu membentuk jasmani yang sehat, hal yang tak boleh ditinggalkan adalah membangun jiwanya (rokhaninya). Sebab manusia pada hakekatnya adalah makhluk semurna, yang selain memiliki raga juga memiliki jiwa. Dan antara jiwa dan raga menyatu dalam kesatuan tak terpisahkan (mono dualis).

Menyadari kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak hanya memiliki ragas tapi juga jiwa, Persaudaraan Setia Hati Terate kemudian mencoba meletakkan dasar-dasar pembentukan jiwa agar di dalam raga yang telah kuat itu tumbuh jiwa yang sehat. Dan ilmu pengetahuan meruapakan salah satu pilihan tepat guna pembentukan jiwa itu, disamping giat melakukan penggalian rasa (olah rasa) untuk mendapatkan tingkat kecerdasan dan kesadaran tertinggi untuk menerima isyarat (wangsit) dalam bentuk petunjuk (pituduh) dari Tuhan Yang maha Esa.

Dalam proses pencarian pituduh PSHT mengenal tiga dimensi pemahaman. Pertama, pemahaman yang timbul; setelah kita melakukan kajian atas wahyu yangtelah dikaruniakan Allah dalam Kitab Suci yang diwahyukan kepada utusan-Nya atau Rasul-Nya. Kedua pemahaman empiris, berdasarkan temuan tokoh yang kredibilitas mumpuni setelah tokoh menjalani laku ritual dan penghayatan panjang atas makna hakiki kehidupan. Ketiga, pemahaman universal yang diterima oleh individu secara khusus, dengan prasyarat-prasyarat mutlak yang telah digariskan dalam pranatan ilmu bangkit.

Ilmu pengetahuan dan proses pemahaman yang diporsikan guna membangun jiwa warga/anggota Persaudaraan Setia Hati Terate adalah ilmu ”Ke-SH-an”(ilmu kesetiahatian) yang kemudian dikemas dalam pelajaran ”Ke-SH-an”atau kerokhanian.

Pemberian bekal kerokhanian ini dipandang sangat perlu agar tercipta suatu keseimbangan (balancing) antara raga dan jiwa, mengingat Persaudaraan Setia Hati Terate telah membekali raga warga/anggotanya dengan olah raga bela diri pencak silat.

Sebab, sekuat dan setinggi apapun kemampuan ilmu beladiri seseorang, jika tidak diimbangi dengan kekuatan rokhani, akan menjadikan orang itu sombong dan suka pamer (adigang adigung adiguna).

Persaudaraan Setia Hati Terate tidak ingin melihat warga/siswanya tenggelam dalam kesombongan. Persaudaraan Setia Hati Terate bertekad mengajak para warganya untuk menjadi manusia yang berbudi luhur, tahu benar dan salah. Sebab, Persaudaraan Setia Hati Terate sadar bahwa pada hakikatnya kekuatan, kelembutan dan cinta kasih, atau dengan kata lain, “ Sura Dira Jayadiningrat Swuh Brasta Lebur Dening Pangastuti”.

Untuk itulah Persaudaraan Setia Hati Terate meletakkan dasar ajaran kerokhanian kepada para warga dan anggotanya. Dasar-dasar kerokhanian dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, disebut juga ilmu ”Ke-SH-an” atau ilmu “kesetiahatian”. Ilmu Ke-SH-an adlah ilmu untuk mengenal diri sendiri. Seorang yang telah mengenal dirinya dia akan berusaha mengenal lingkungannya. Seorang yang telah mengenal lingkungannya, dia pun akan berusaha mengenal Tuhannya.

Kajian ilmu Ke-SH-an dan bagaimana ritual yang harus dilakukan untuk mendapatkan puncak kecerdasan dan kesadaran tertinggi ini akan dijabarkan dalam media khusus dan dibimbing langsung Ketua Umum PSHT atau jajaran fungsionaris Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat Madiun yang ditunjuk.

Tulisan ini saya, Andi Casiyem Sudin, turunkan dari hasil wawancara dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun H.Tarmadji Boedi Harsono,S.E

Sumber: www.shteratecantrik.blogspot.com

……………………………………………….