Minggu, 25 Oktober 2009

Alhamdulillah Allah Sembuhkan Sroke Saya Dengan Ilmu SH



Ini fakta. Bukan cuma life story. Sembilan hari jatuh stroke, nyaris tak bisa beraktivitas apa pun, bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Jelas, pengalaman nyata ini seribu satu. Dan salah satu warga yang menerima barokah itu adalah Hadi Sumoerjo. Tokoh SH Terate yang kini masih aktif memegang posisi sebagai Bendahara SH Terate DKP Madiun.

“Kalau Allah tidak menolong saya, barangkali sampai saat ini saya hanya bisa duduk di kursi roda,” ujar Hadi Soemarjo, mengawali penggalan kisah hidupnya. Betapa tidak, sembilan hari jatuh sakit dan dinyatakan stroke, warga SH Terate pengesahan tahun 1982 itu, kembali segar bugar.
Peristiwa menggetarkan itu, terjadi tahun 2004. Barangkali lantaran kecapean, hari itu, mendadak ia jatuh sakit. Semua persendian di raganya ngilu dan tak bisa digerakkan. Dokter menyatakan, Mas Marjo, demikian panggilan akrabnya, stroke. Keluarga pun was-was. Mas Marjo apalagi. Bahkan, sembilan hari stroke bagai ular raksasa melilit semua persendiannya. Lumpuh dia.
“Awalnya saya hampir putus asa,” lanjut Mas Marjo. Wajar, jika dia nglokro. Acuan empiris, perbandingan kesembuhan pasien stroke boleh dibilang satu banding seribu. Apalagi jika melihat factor usia yang sudah melewati kepala enam. Tepi, ternyata, yang satu itu adalah Mas Marjo.
Sebab, setelah menjalani perawatan intensif, Allah memberi pertolongan. Purna PNS DPU Pengairan yang kini tinggal di Jl. Setia Budi Timur Kota Madiun, bisa bangkit lagi. Mampu beraktivitas lagi. Bahkan, sembuh total seperti sedia kala.

Yakin Pertolongan Allah
Pertanyaan yang serta merta bergaung, apa resep Mas Marjo sembuh dari stroke? Setelah diam beberapa saat, ayah berputra lima itu, berucap,”Saya yakin Allah akan memberikan obat. Allah akan menolong saya,” ujarnya.
Keyakinan itu, muncul setelah Mas Marjo berinstropeksi dan menghitung-hitung dharma yang selama ini sudah dikerjakan. Bukan untuk riya. Tapi ini demi terapy. Sambil menatap langit-langit ruang perawatan, lanjut Mas Mar, satu demi satu dia munculkan jejak perjalanan hidup, sejak masa kanak-kanak, remaja hingga jatuh sakit itu.
Catatan perjalanan hidupnya pun terpampang di depan mata. Serta mereta, onggokan dosa dan kesalahan, serta guratan dharma sepanjang dia hidup, timbul tenggelam dalam benak. Dan, jika yang muncul dalam ingatan adalah dosa dan kesalahan, Mas Marjo pun segera memejamkan mata sambari memohon ampunan.Sebaliknya, jika yang keluar dari ingatan adalah dharma, ia bermunajat, berharap, agar dharma itu menjadi benih dan Allah memberi buah berupa kesembuhan dari sakit yang diderita.
Ternyata, semakin lama berintrospeksi, sedikit demi sedikit keyakinan muncul dari dalam jiwa. Dan keyakinan itu terus dibangkitkan. Hingga, lama kelamaan jadi ainun yakin dan haqul yakin. “Saya tidak tahu, dari mana datangnya keyakinan itu. Tapi, waktu itu saya merasa yakin sekali, Allah akan memberi obat. Allah akan memberikan pertolongan. Satu lagi, saya bisa sembuh karena banyak sedulur yang mendoakan saya, ” katanya.
Benar, setelah sembilan hari menjalani perawatan. Persendiannya sedikit-demi sedikit mulai bisa digerakkan. Ringkas cerita, sembuh dia.”nJenengan lihat sendiri, alhamdulillah saya segar bugar sampai sekarang ini,” tambah kakek dengan lima orang cucu itu.

Rajin Jalan Pagi dan Bersepeda
Resep lainnya, setelah sembuh, Mas Marjo rajin jalan pagi. Minimal satu jam setiap hari. Kemudian dilanjutkan dengan bersepeda santai. Kegiatan itu dilakukan, dari jam tujuh pagi hingga jam sepuluh. Karenanya, jangan heran, jika warga di Kota Madiun saban bagi melihat dia lagi jalan-jalan. Jarak yang ditempuh, tak ditarget. Tapi kadang Terate sendiri sempat berpapasan Mas Marjo lagi jalan, pada jarak 3 hingga 4 kilo meter dari kediamannya.
Hasil penelusuran Terate, Mas Marjo dikenal sebagai seorang bersahaja. Tidak neko-neko. Sederhana tapi kharismatik. Disiplin tapi tidak kaku. Suka shalat berjamaah di mushola dan gampang berbaur dengan masyarakat di lingkungannya.
Dia juga dikenal jujur. Wajarlah, jika sampai sekarang Mas Marjo masih tetap dipercaya menjabat sebagai bendahara SH Terate DKP Madiun. “Sebenarnya saya sudah matur ke Mas Arief (ketua SH Terate DKP Madiun, red), agar jabatan itu diserahkan ke warga yang lebih muda. Atau ke warga yang lain. Tapi ternyata sampai sekarang saya masih disuruh memegang jabatan itu,” katanya merendah.
Padahal, jabatan itu sudah dipegang sejak tahun 1982. Sejak dia disyahkan menjadi warga. Di SH Terate Pusat Madiun, Mas Marjo juga sering dipercaya jadi panitia kegiatan skala nasional. Dari panitia inti hingga, seksi sibuk. Satu yang bisa dicatat, semua dilakukan dengan ikhlas. Tanpa beban.
“SH Terate itu bukan lahan bisnis. Tapi lahan pengabdian,” tegasnya. Dan itulah yang mendasari Mas Marjo, hingga kini tetap setia mengabdi di SH Terate. Satu yang diyakini, keikhlasan mengabdikan diri di SH Terate, ibarat menanam benih di lahan kehidupan. Mas Marjo yakin, allah pasti akan menumbuhkan pohon berbuah lebat dari benih yang ditanam. (andi casiyem sudin)

Tirakat Orang SH Terate


Assalamualaikum Wr Wb


Kunci keberhasilan hidup itu sebenarnya hanya satu. Kalau kita dikasihi Allah SWT, hidup kita akan bahagia. Hanya manusia itu kurang bersyukur. Kita kadang-kadang hanya ngersulo (mengeluh), larut dalam kekecewaan. Dan kikir dalam berterimakasih. Tidak pernah puas dengan apa yang sudah didapat.Selalu merasa kurang dan kurang.

Di SH Terate tidak ajaran mengeluh. Tidak ada ajaran nggresulo. Kita dididik untuk menjadi orang yang pantang menyerah. Orang Terate itu kalau bisa sing gedhe tirakate, harus banyak tirakat. Dalam hal apa saja. Gak kemrungsung (tenang). Tidak emosional, tidak gusar, tidak adigang adigung, adiguno (sombong).

Hari-hari orang-orang SH Terate itu dipenuhi tirakat. Rialat dan selalu bersyukur menerima suratan Allah. Bagaimana cara orang SH Terate tirakat?

Tirakat orang SH Terate itu boleh dibilang sepanjang masa. Dalam kondisi apa pun. Dalam situasi bagaiamanapun. Contohnya saya ini. Saya ini ya mas, ini mohon maaf. Saya orang berkeluarga. Saya punya istri, punya anak. Mestinya, sekarang ini saya mendampingi istri dan anak-anak. Tapi mereka saya tinggal karena saya harus menemui kadang-kadang SH Terate. Saya tinggalkan istri saya sendiri, ini namanya tirakat, dalam sekala paling ringan. (Saat memberikan petuah ini, posisi Ketua Umum SH Terate di Padepokan, red)

Contoh lain, sehari ini saya sudah berniat hanya makan sekali. Biarpun saya dihadapkan makanan dari manapun saya tidak beli, saya tidak akan makan. Ada lagi contoh tirakat yang lain. Misalnya, selama satu minggu saya tidak akan makan kecuali jam 6 sore, saya baru makan. Kemudian malamnya saya berniat tidur paling lama empat jam, besuknya lagi juga sudah tidak makan. Ini namanya jarang-jarangi, atau ngurang-ngurangi.

Niatnya bagaimana? Tidak perlu macam-macam. Niat tirakat untuk menjaring kasih Allah. Biar dikasihi Allah. Disayang Allah. Dengan begitu, kita akan merasa dekat dengan Allah. Sehingga hati ini merasa tentram. Gelombang apapun yang dihadapi dia akan mesem, gak akan gentar.

Tapi sayangnya orang sekarang ini sukanya instant. Seperti mie instant. Pengin makan mie, tinggal masukkan ke gelas tuangkan air jadi mie dan langsung makan. Tidak mau repot-repot. Tidak mau nanam dulu, tapi ingin langsung panen. Kalau mau nandur, mau nanam, hanya sedikit, tapi ingin panen yang banyak. Lo kalau begini, kamus dari mana kita bisa panen. Ndak ada kamus orang ndak mau nanam kok panen.

Kahidupan ini tersusun dari jalanan proses yang saling kait mengait. Sebelum hujan, prosesnya diawali dengan mendung. Sebelum malam, prosesnya diawali dari pagi dulu, kemudian siang, sore dan malam. Proses ini harus dilalui. Jangan seperti ingin makan mie instant. Dan kalau toh ingin makan mie instant, kita kan harus bekerja dulu agar dapat uang, kemudian dibelikan mie instant. Tidak serta mereta, mie instant tersaji di depan mata, begitu kita menginginkannya.

Jadi kalau kita menginginkan sesuatu, harus berani tirakat. Berusaha keras, melalui tahapan demi tahapan. Melalui proses. Jangan hanya diam, duduk berpangku tangan dan hanya berdoa saja. Laku itu tidak pas untuk orang SH Terate. Kita tidak diajari seperti itu.

Kemudian, yang tidak boleh dilupakan, setiap proses membutuhkan keseimbangan. Keharmonisan. Sesuatu yang tidak seimbang, pasti menimbulkan dampak kurang baik. Karenanya, dalam kita bertirakat, keseimbangan proses ikhtiar lahiriah dan batiniah harus dijaga. Tidak boleh berat sebelah.

Didikan di SH Terate itu mendidik jiwa. Yang kita bangun adalah jiwa.Itu butuh waktu. Butuh kesabaran dan kesempatan. Tidak sehari dua hari jadi. Tidak seperti membalik telapak tangan.

Membangun fisik kuat bisa diformat dalam waktu sebulan dua bulan. Contohnya, melatih atlet. Melatih atlet bisa diformat dalam tenggang waktu tertentu. Dengan standarisasi.Tapi, membangun jiwa, memasukkan ajaran budi luhur, butuh waktu panjang dan terus menerus. Nah, yang kita bangun itu kedua-duanya. Jiwa dan raga. Lahiriah dan batiniah. Kita diarahkan menjadi manusia berbudi luhur, tahu benar dan salah, beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Bagimana orang berbudi luhur itu ? Paling mudah orang berbudi luhur itu tidak dakwen salah open. Kita dididik untuk tidak mencampuri persoalan orang lain. Kita tidak usil. Selalu berpikiran positif.

Contohnya, ada kadang (warga SH Terate,red) datang ke rumah saya. Biarpun saya tahu dia berkeluarga, datang membawa anak wanitai, saya tidak ribut, tidak akan nanya siapa perempuan itu. Kecuali kadang itu sendiri memperkenalkan. Paling banter saya hanya akan nanya, kepentinganmu apa dik.

Ini salah satu didikan kita. Tidak mau mencampuri urusan orang lain. Kecuali kalau orang itu, kadang itu minta saya menyelesaikan masalahnya. Minta tolong. Baru saya mohon maaf mengorek keterangan awal, sebagai bahan acuan dasar untuk mencarikan solusi atau jalan keluar.

Orang budi luhur itu orang yang tidak iri dengki atas keberhasilan orang lain. Misalnya, ada orang lain bisa masuk pegawai negeri. Kita lantas dengki iri dan menduga-duga, ah itu berhasil karena membayar uang, istilahnya nyogok. Ndak boleh itu. Yang harus kita lakukan adalah, ikut seneng jika melihat kadang SH Terate berhasil. Seneng jika melihat bisa beli mobil.

Jadi kita tabu ngurusi dan mencampuri urusan orang lain. Sebab itu akan membuat kita jadi resah sendiri. Hati jadi tidak tenang. Tidak damai. Pancarkan sinar kasih. Yang ada di hati nurani kita hanya prasangka baik. Prasangka luhur. Sehingga, keluarnya pun luhur. Omong ya enak didengar. Gampang dimengerti. Ibarat ceret, kalau air dalam ceret itu jernih, ceretnya juga sering dibersihkan, dilap, keluar air dari gagangnya juga jernih. Tapi kalau airnya keruh, ceretnya tidak pernah dirawat, keluarnya pun keruh.Omong urakan seenaknya sendiri. Sikapnya juga urakan. Gak ngerti umpan papan (tidak paham situasi dan kondisi,red). Dupeh iso gelut (merasa memeiliki kemampuan bisa berkelahi, red) tidak menghargai orang lain. Merasa dirinya paling super.

Yang saya sebut di atas itu, tirakat batin. Karena batin kita juga butuh tirakat. Tirakat paling sederhana, selalu berpikiran baik pada orang lain. Gak demen ngrasani. Tidak suka mengumpat atau menggunjing. Jika ini yang kita lakukan, hati kita jadi bersih. Resik. Dan Sihing Gusti Allah, pasti akan turun menyertai kehidupan kita. (bersambung)

Wassalamualaikum Wr Wb

Dari Redaksi:
Tulisan ini disadur langsung dari hasil dialog Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H Taramadji Boedi Harsono,SE di ruang samadi beliau, Padepokan SH Terate Pusat Madiun. Bahasa dalam tulisan ini, sengaja diturunkan dalam kalimat langsung (tidak banyak diedit), dengan maksud agar tidak mengurangi isi. (andi casiyem)

Minggu, 11 Oktober 2009

SH Terate Cabang Pemalang: Mulai Bangun Gedung Sekretariat



SH Terate Cabang Pemalang mulai menggeliat Cabang dengan potensi 14 ranting ini, lagi punya gawe cukup besar dan menyedot dana lumayan banyak Yakni, pembangunan gedung secretariat cabang

Untuk keperluan ini, telah disiapkan tanah seluar 1350 m2. Lokasinya cukup strategis, di Jl Raya Kalirandu-Karangasem, Petarukan Atau, dari jalan Dandeles, hanya masuk sekitar 300 meter arah Karangasem Diproyeksi, proyek ini bakal menelan anggaran sekitar Rp 1,2 miliar. “Saat ini pembangunan sudah dimulai pada tahap pembuatan pondasi,” ujar Ketua SH Terate Cabang Pemalang, Drs Taufik Rachim.

Dana yang dibutuhkan, resmi diformat dari intern SH Terate Cabang Pemalang baik berupa iuran, sumbangan sukarela maupun donator. Lantaran tingginya serapan anggaran untuk merealisasikan proyek pembangunan gedung secretariat ini, ketua cabang setempat menghimbau, warga SH Terate Cabang Pemalang dimana pun berada andil, tak hanya dalam bentuk moral tapi juga menyisihkan sebagai rejeki demi perkembangan organisasi tercinta. “ Kalau ingin nyumbang, caranya juga gampang Cukup masukkan ke rekening yang sudah disediakan,” katanya

Rekening yang dimaksud adalah Rekening khusus proyek pembangunan gedung sekretariat SH Terate Cabang Pemalang. BCA Cabang Pemalang No Rek: 1320348869.
Donatur tak perlu khawatir jika sumbangan tak sampai ke sasaran Sebab pengurus cabang telah meletakkan sistem control akurat, terdiri dari warga dengan loyalitas tinggi dan relative jujur.

Prioritas program lainnya, mempersiapkan pengesahan calon warga baru Tahun ini SH Terate Cabang Pemalang bakal mengesahkan 110 calon warga baru. Diharapkan, pada bulan Suro 1431 hijriah nanti, semuanya bisa disyahkan di Pemalang. Di luar itu, SH Terate Cabang Pemalang mendukung penuh tiga warganya yang kini tengah masuk kawah candradimuka, dalam proses pendadaran dan latihan Tingkat II Yakni, atas nama dr.Kun Sriwibowo, Irwan Susanto, dan M Taufik. “Seluruh warga Cabang Pemalang juga berharap ketiganya bisa disyahkan tahun ini,” harap Taufik Rochim.

Yang tak tertinggal, adalah program pembinaan atlet Diam-diam atlet SH Terate Cabang Pemalang, mulai menggeliat ke permukaan Bahkan untuk takaran prestasi, sempat menyalip cabang-cabang tetangga, seperti Tegal, Brebes, Pekalongan dan Batang.

Dalam even Popda Prov Jateng untuk usia pelajar misalnya, SH Terate Cabang Pemalang, sempat menoreh prestasi dengan melagakan atletnya hingga meraih
2 medali emas untuk tanding atas nama Didik dan Dina, 2 medali perak untuk seni tunggal atas nama Dida dan 4 medali perunggu atas nama Mistah, Ilham, Fauzi.

Untuk pesilat dewasa, medali perak di even Porprov Jateng juga berhasil diraih atas nama Bowo dan Candra Satu lagi, di jurus beregu, lumayanlah rombongan SH Terate Pemalang dapat perunggu. Sementara pada even Nasional, atlet asal Pemalang dipercaya mewakili Unes Semarang ke pekan olah raga mahasiswa nasional atas nama Gustom Azmiagam. (terate)

Kamis, 17 September 2009

Rekernas SH Terate, Kembali ke Jatidiri



SH Terate bakal punya gawe besar. Ujudnya, rapat kerja nasional (Rakernas). Ketua Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono,SE menginformasikan, jadwal Rakernas diperkirakan tanggal 16 – 17 Oktober 2009. Lokasinya di Padepokan SH Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun.

Persiapan hajat tingkat nasional SH Terate itu sudah dipersiapkan sejak September awal. Bahkan, selama Ramadhan kemarin, panitia penyelenggara beberapa kali menggelar rapat di Padepokan. Ketua Panitia Rakernas didelegasikan kepada Drs.. Moerdjoko,HW.
Mas Madji, demikian panggilan akrab ketua SH Terate Pusat Madiun, mengatakan, thema sentral yang bakal diusung dalam Rakernas SH Terate tahun ini adalah “Kembali ke Jatidiri.”

Tema ini dikedepankan dengan target mempertajam pemahaman rasa handarbeni terhadap organisasi tercinta. Sebab, Mas Madji menengarai, sedikit banyak sudah terjadi pergeseran nilai ajaran dari pokok ajaran murni SH Terate. Kenapa ini terjadi, akses global dan dimensi keduniawian menjadi penyebab utama.

Ambil contoh konkret, bias politik yang mewarnai langkah sejumlah warga SH Terate yang kebetulan ikut berasaing dalam pemilihan kepala daerah (Bilbup atau Pilwalkot). Juga sejumlah kadang Sh Terate yang ikut bersaing menggalah kursi legislative. “Tanpa sadar, mereka membawa bendera SH Terate ke kancah politik. Saya tidak mengatakan, orang SH Terate itu tidak boleh berpolitik. Silakan warga SH Terate terjun kedunia politik sesuai dengan hati nuraninya. Sesuai dengan pilihannya. Tapi, tolong jangan membawa organisasi ke kancah politik. Oknum warganya boleh berpolitik, tapi SH Terate harus tetap netral. Tidak ngeblok sana tidak ngeblok sini,” katanya.

Kembali ke jatidiri ajaran Setia Hati yang dijadikan tema Rakernas, lanjut Mas Madji, adalah kembali ke tujuan utama SH Terate. Yakni, mencetak manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Persaudaraan dalam konteks ajaran SH Terate adalah persaudaraan utuh yang tidak memandang siapa aku siapa kamu, persaudaraan yang terlepas dari hegomoni kedamaian (drajat, pangkat, martabat), berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, persaudaraan yang diletarbelakangi saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggungjawab.

Kontek kembali ke jati diri ajaran SH Terate ini, jug sesuai dengan amanat mukadimah SH Terate, yakni akan mengajak serta para warhanya menyingkap tirai selubung di mana Sang Mutiara Hidup bertahta.

Dari hasil rapat panitia, Rakernas yang akan digelar selama dua hari ini, hanya kan mengundang Ketua Cabang SH Terate seluruh Indonesia. Dan, tidak boleh diwakili. Acuannya, ketua cabang adalah kepanjangan tangan pusat. Mereka pula nanti yang berkewajiban mensosialisasikan hasil dari Rakernas SH Terate.

Mas Madji, meminta kepada seluruh cabang SH Terate di Indonesia mempersiapkan diri. Minimal, ikut memberi masukan, apa yang bisa disampaikan dalam Rakernas. Muaranya, demi peningkatan kualitas dan jati diri SH Terate.

Sebagaimana bidang garapan SH Terate, rakernas juga akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pengembangan organisasi dan idealisme. Pengurus pusat kini tengah menggodok bahan referensi yang bakal dilempar dalam Rakernas. Karena sifatnya baru bahan, tentunya butuh penggodokan dan penyempurnaan. Tugas Ketua Cabang SH Terate nanti adalah menyempurnakan bahan yang sudah dipersiapkan pengurus pusat.(andi casiyem sudin)

Minggu, 13 September 2009

Sekilas Tentang SH Terate (1)



A. Periode Perintisan


Dalam kilas perjalanan sejarah, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) merupakan sebuah organisasi ‘’Persaudaraan’’ yang bertujuan membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Madiun (sekarang Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun). Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah siswa kinasih dari Ki Ageng Soerodiwirjo (pendiri aliran pencak silat Setia Hati atai dikenal sebagai aliran SH). Ia juga tercatat sebagai pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia.

Di awal perintisannya, perguruan pencak silat yang didirikan Ki Hadjar ini diberi nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Semula, SH PSC lebih memerankan diri sebagai basis pelatihan dan pendadaran pemuda Madiun dalam menentang penjajahan. Untuk mensiasati kolonialisme perguruan ini beberapa kali sempat berganti nama, yakni, dari SH PSC menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. Perubahan makna akronim ‘’P’’ dari ‘’ Pencak’’ menjadi ‘’Pemuda’’ sengaja dilakukan agar pemerintah Hindia Belanda tidak menaruh curiga dan tidak membatasi kegiatan SH PSC. Pada tahun 1922 SH PSC berganti nama lagi menjadi Seti Hati Terate. Kabarnya, nama ini merupakan inisiatif Soeratno Soerengpati, siswa Ki Hadjar —- yang juga tokoh perintis kemerdekaan berbasis Serikat Islam (SI).

B. Periode Pembaruan

Sementara itu, Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan Soekarno – Hatta pada tanggal 7 Agustus 1945 membawa dampak perubahan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Kebebasan bertindak dan menyuarakan hak serta menjalankan kewajiban sebagai warga negara terbuka lebar dan dihargai sebagaimana mestinya. Atas restu dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pada tahun 1948, Soetomo Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hajar, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati Terate yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati Terate”.

Mengapa langkah pembaharuan itu ditempuh? Alasannya, pertama agar organisasi tercinta kelak mampu mensejajarkan kiprahnya dengan perubahan zaman dan pergeseran nilai-nilai komunitas yang melingkupinya. Dengan mengubah organisasi dari yang bersifat “paguron” menjadi organisasi yang bertumpu pada “sistem persaudaraan”, berarti gaung pembaharuan telah dipekikkan dan proses perubahan telah di gelar. Yakni perubahan daya gerak organisasi dari sistem tradisional ke sistem organisasi modern. Dan organisasi modern inilah yang kelak diharapkan mampu menjawab tantangan kehidupan yang semakin kompleks.

Alasan kedua; agar organisasi yang dibidaninya itu nantinya tidak dikuasai dan bergantung pada orang-perorang sehingga kelangsungan hidup organisasi dan kelestariannya lebih terjamin.

Menyelaraskan perubahan era, dari era penjajahan ke era kemerdekaan, dalam kongres pertama SH Terate yang digelar tahun 1948, tiga butir pembaharuan dilontarkan.

1. Merubah sistem Organisasi dan Perguruan Pencak Silat (paguron) menjadi
“Organisasi Persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)”

2. Menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang pertama.

3. Mengangkat Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua.

Makna kata persaudaraan dalam paradigma baru PSHT ini adalah persaudaraan yang utuh. Yakni suatu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada rasa saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak membedakan siapa aku dan siapa kamu. Persaudaraan yang tidak terkungkung hegomoni keduniawian (drajat, pangkat dan martabat) dan terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Soetomo Mengkoedjojo menyelesaikan masa bhaktinya sebagai Ketua PSHT pada tahun 1974. Pada periode ini perkembangan PSHT mulai melebar keluar wilayah Madiun. Tercacat, (5) cabang diluar Madiun berhasil didirikan. Antara lain di Surabaya, Jogjakarta, dan Solo.

C. Periode Pengembangan

Gaung pembaharuan yang telah dipekikkan lewat konferensi (semacam musyawarah : MUBES) SH Terate di Pilangbango, Madiun itu dengan arif diakui sebagai era baru perjalanan roda organisasi. Era perubahan gerak organisasi dari tradisional ke organisasi modern. Konsekuensi dari perubahan tersebut, salah satu diantaranya adalah dengan mengentalkan komitmen pengembangan organisasi agar semakin maju, berkembang dan berkualitas.

Kiprah Persaudaraan Setia Hati Terate dalam memvisualisasikan dirinya pada komitmen itu bisa dilihat melalui salah satu upaya saat berusaha mengembangkan sayapnya, merambah ke luar daerah. Dan masyarakat yang menjadi fokus pengembangannya pun cukup heterogen, mulai dari masyarakat papan atas sampai masyarakat di papan paling bawah. Tak heran, jika Persaudaraan Setia Hati Terate lantas mendapat sambutan cukup hangat dari segenap lapisan masyarakat.

Kesepakatan menjadikan daya gerak organisasi bertumpu pada “sistem persaudaraan itu selanjutnya dijadikan dasar pengembangan sayap organisasi. Dan kian dipertegas lagi dalam MUBES Persaudaraan Setia Hati Terate, tahun 1974 di Madiun. Hasil Mubes ini antara lain mengangkat RM. Imam Koedoepangat sebagai ketua dan Soetomo Mangkoedjojo sebagai dewan pusat. Musyawarah juga sepakat menjadikan kedaulatan tertinggi organisasi di tangan anggota dan selanjutnya dapat disuarakan lewat wakilnya dalam setiap Mubes.

Kedua tokoh ini kembali dikukuhkan sebagai pimpinan organisasi pada Mubes tahun 1977.

Selepas Soetomo melepas jabatan ketua, tampuk pimpinan organisasi diamanatkan kepada RM Imam Koesoepangat, hingga tahun 1977. Periode berikutnya (1977-1981) Badini terpilih menjadi Ketua Dewan Cabang, sementara Tarmadji Boedi Harsono, memegang jabatan Ketua I.

Persaudaraan SH Terate mulai memasuki masa keemasan pasca MUBES IV di Madiun tahun 1981. Hasil Mubes antara lain, mengukuhkan H. Tarmadji Boedi Harsono,SE sebagai Ketua Umum dan RM.Imam Koesoepangat sebagai Ketua Dewan Pusat.

Pada era ini, pola pengembangan PSHT dipilah menjadi dua jalur. Yakni, jalur idealisme dan jalur professional. Sesuai dengan kapasitas SDM, RM. Imam Koesoepangat diamanati sebagai penanggung jawab pengembangan di bidang idealisme. Bidang idealisme ini menyangkut penajaman ajaran kerokhanian dan peningkatan kualitas budi pekerti luhur pada warga.

Sementara bidang pengembangan sayap organisasi dan keorganisasian, diserahkan pada H.Tarmadji Boedi Harsono,SE. Sepanjang, SH Terate dipimpin kedua tokoh pada dua jalur ini, perkembangan organisasi tampak semakin mantap Terbukti perkembangan SH Terate tidak lagi hanya berkutat di Pulau Jawa, tapi merambah ke luar P. Jawa. Pada decade ini cabang SH Terate yang semula hanya 5 cabang berkembang menjadi 46 cabang.

Sepeninggal RM Imam Koesoepangat, tepatnya tanggal 16 November 1987, praktis beban dan tanggung jawab tongkat kepemimpinan PSHT beralih ke pundak Tarmadji. Ibaratnya dua tanggung jawab yang semula ditanggung berdua, mulai saat itu harus diemban sendiri. Meski begitu, ternyata Tarmadji mampu. Terbukti berkat solidnya sistem koordinasi antarjajaran penurus dan kadang tercinta, PSHT berhasil melesat ke kancah paradigma baru.

Selain memprioritaskan pengembangan sektor ideal, dia menggebrak lewat program pembangunan sarana dan prasarana fisik organisasi. Ditengah kesibukan memimpin banyak lembaga sosial kemasyarakatan —sebab, selain sebagai Ketua Umum PSHT H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, juga tercatat sebagai ketua Hiswana Migas, Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kota Madiun, Direktur Kelompok Bimbingan Ibadah haji Al-Mabrur, dan masih banyak lagi organisasi yang dipimpin, Meski begitu, terbukti Tarmadji mampu memperkokoh eksistensi PSHT, tidak saja di bidang pengembangan sarana dan prasarana phisik organisasi, tapi juga pengembangan cabang.

Melengkapi keberadaan PSHT, didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil menelorkan kinarnya monumental berupa lembaga pendidikan formal berupa Sekolah Menengah Industri Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui, SMIP Kusuma Terate telah berhasil mencetak siswa-siswinya menjadi tenaga terampil dibidang akomodasi perhotelan.

Sementara untuk mendukung kesejahteraan anggotanya Yayasan Setia Hati Terate juga mendirikan lembaga perekonomian berupa Koperasi Terate Manunggal. Disamping telah memiliki aset monumental berupa Padepokan PSHT yang berdiri di atas tanah seluas 12.290 M2, di Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun, organisasi ini juga terdukung sejumlah asset lain yang diharapkan mampu menyelaraskan diri dengan era globalisasi.

Data terakhir menyebutkan, Persaudaraan Setia Hati Terate kini telah memiliki 187 cabang yang tersebar di Indonesia serta 67 komisariat Perguruan Tinggi dan 5 (lima) Komisariat Luar Negeri. Total jumlah anggota mencapai 1,5 juta lebih. Itu berarti selama dipegang Tarmadji, perkembangan cabang PSHT bertambah dari yang semula 46 cabang menjadi 200 cabang, atau bertambah sebanyak 154 cabang. Dari jumlah itu cabang yang telah resmi mengantongi SK PSHT Pusat Madiun, sebanyak 184 cabang. Sisanya masih dalam proses pengukuhan.

Tulisan ini saya buat dari hasil wawancara saya,Andi Casiyem Sudin dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun H.Tarmadji Boedi Harsono,SE.

Sekilas Tentang SH Terate (2)


D. Go International

Ketika Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi, kepak sayap perkembangan PSHT melesat pesat tidak hanya di dalam negeri, tapi merambah ke luar negeri. Dengan kiat PSHT Must Go International, Tarmadji berhasil melambungkan nama PSHT di kancah percaturan kultur dan peradaban dunia.

Tercatat ada 5 komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan. Masing-masing, Komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Komisariat Holland/Belanda, Komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong dan Komisariat Moskow.

Dengan demikian tekad mengemban misi sekaligus juga amanat organisasi sebagimana yang termaktub dalam mukaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate. Yakni : ……akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “Sang Mutiara Hidup” bertahta (Baca : Mukkaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate)—kini sudah merambah kehidupan global.

Misi tersebut merupakan tindak lanjut dari kesadaran mutlak Persaudaraan Setia hati Terate atas “hakikat hidup yang berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan” dan konsekuensi keberadaan manusia “sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa” yang senantiasa “hendak menuju keabadian kembali kepada causa prima, titik tolak segala sesuatu melalui tingkat ke tingkat.”

Kesadaran atas makna hakikat hidup dan proses pencariannya itulah, parktis menjadi kewajiban bagi setiap warga Persaudaraan Setia Hati Terate untuk menekuninya. Ini mengingat bahwa “tidak semua insan menyadari bahwa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati sanubarinya.”

Dengan demikian, “Pencak Silat,” dalam konteks ini, “hanya merupakan salah satu ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate dalam tingkat pertama, sekedar memenuhi unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, dan kebahagiaan serta kebenaran terhadap setiap penyerang.”

Sebab pada hakikatnya Persaudaraan Setia Hati Terate sadar dan yakin bahwa “sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, makhluk atau kekuatan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu pencak silat hanya salah satu syarat untuk “mempertebal kepercayaan pada diri sendiri dan mengenal diri pribadi sebaik-baiknya”.

Berupaya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “sang mutiara hidup” bertahta untuk menuju keabadian kembali kepada causa prima itulah sebenarnya inti dari Persaudaraan Setia Hati Terate.

Ajaran PSHT

Terdapat lima dasar ajaran yang diluncurkan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Kelima dasar ajaran itu terangkum dalam konsep pembelajaran yang dinamakan “Panca Dasar” yaitu Persaudaraan, Olah Raga, Seni, Bela Diri, dan Kerokhanian.

Lewat konsep pembelajaran yang terangkum dalam Panca Dasar tersebut PSHT berupaya membimbing warganya untuk memiliki lima watak dasar yaitu :

1. Berbudi luhur tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemberani dan tidak takut mati.
3. Berhadapan dengan masalah kecil dan remeh mengalah, baru bertindak jika
menghadapi masalah prinsip yang menyangkut harkat dan martabat kemanusiaan.
4. Sederhana.
5. Mamayu Hayuning Bawana (berusaha menjaga kelestarian, kedamaian, dan
ketentraman hati).

Melengkapi eksistensi sebagai organisasi cinta perdamaian, PSHT memformat warganya lewat beberapa butir filsafat perjuangan hidup, antara lain

1. Sepira gedhining sengsara yen tinampa among dadi
coba
(seberat apapun cobaan
yang diterima manusia jika dijalani dengan lapang dada akan diperoleh hikmah yang
tidak terkira.)

2. Sak apik-apike wong yen aweh pitulungan kanthi
dhedhemitan
(Sebaik-baiknya
manusia jika memberikan pertolongan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tidak perlu
diketahui orang lain).

3. Aja waton ngomong ning ngomong kang ngango waton (jangan suka berbuat jelek
pada sesama berbuatlah kebajikan pada sesama).

4. Aja seneng gawe ala ing liyan, apa alane gawe senenge liyan (jangan suka
mencelakakan orang lain, tidak ada jeleknya membuat senang orang lain).

5. Aja sok rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa (jangan merasa diri paling
super, tapi sadar diri dan sadar akan keberadaan orang lain).

6. Ngundhuh wohing pakarti, sapa nandur bakal ngundhuh (segala darma pasti akan
berubah, apapun perbuatan yang kita lakukan pasti akan kembali pada diri kita
sendiri).(andi casiyem sudin)

Ketua Umum SH Terate, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE dalam telaah yang disajikan dengan bahasa lebih sederhana, menterjemahkan ajaran tersebut dengan lima kiat sukses meraih hidup bahagia. Yaitu, jujur, rajin, mau belajar, tidak pernah menuntut dan tak kenal menyerah. (Penjabaran kelima ajaran ini sudah dibukukan dalam sebuah buku berjudul “Menggapai Jiwa Terate”. Buku ini disunting oleh Andi Casiyem Sudin, dan diterbitkan perdana dengan teras 5000 buah dan habis dalam waktu relative singkat.

Tulisan ini disusun dari hasil wawancara Andi Casiyem Sudin dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE.

Gerak Langkah Pendekar Pilangbangau


(Catatan Ringkas Perjalanan Hidup
Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Pendiri SH Terate)


Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan, selama manusia itu setia pada hatinya, atau ber-SH pada dirinya sendiri.

Falsafah Setia Hati (SH) Terate itu ternyata sampai sekarang tetap bergaung dan berhasil melambungkan SH Terate sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada "persaudaraan" yang kekal dan abadi.

Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.

Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini – red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.

Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda – karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.

Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan "Harta Jaya" semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.

Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama "Djojo Gendilo Cipto Mulyo".
Masuk Sarikat Islam.

Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata "Pencak" hingga tinggal "SH Sport Club". Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.

Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.

Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi "SH Terate". Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.

Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus "Perguruan Pencak Silat" dirubah menjadi organisasi "Persaudaraan Setia Hati Terate". Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.

Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai "Pahlawan Perintis Kemerdekaan" atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.


Tulisan ini saya, Andi Casiyem Sudin alias Andi Cs Kisbandiyo, buat dari hasil wawancara khusus saya dengan Bapak Harsono (sekarang alm), putra Ki Hadjar Hardjo Oetomo)